Aaa, sudah lama sekali gak ng-update blog ini ^^ tapi, bukan berarti aku dah jarang nulis. Sebenarnya aku tetep nulis tapi malu buat ng-publishnya. Padahal awal-awal nulis tu mesti semangat bgt pengen ngpost. Eh, tapi besok2nya saat mau posting ternyata lebih memilih buat disimpen aja. Hmmm, desktopku jadi korban. Okok. Posting edan yang ini sama2 gak pentingnya kayak yang biassanya. Cuman tadi nemu di desktop, terus tambahin dikit, jadi deh.hahaha..tapi disini gak ada klimaksnya, nggantung lagi. Monggo bagi yg berkenan mbaca :D
Awan masih diam tak bergerak. Semakin yakin bahwa memang awan sudah diciptakan menempel pada langit. Tapi beda cerita dengan situasi di bumi pertiwi ini. Tak ada ranting yang tak bergoyang mendengar alunan angin dangdut yang diciptakan dari hembusan angin yang menggetarkan benda-benda yang ditabraknya. Badanku yang semampai ini pun bagai debu yang dipaksa bergulir saat sapu lidi menyapuku. Ya, malam itu, aku pulang dari salah satu tempatku menggalau. Ya, sebut saja itu tempat lesku. Jarak dari sekolah ke tempat les itu tidaklah jauh. Dengan motor berkecepatan sdang mungkin sekitar 1,5 menitan. Kalau aku menempuh jarak itu dengan berjalan kaki. Bukannya sok-sok2an. Bukan. Cuman karena belum diperbolehkan mengendarai motor saja. Begitulah. “Ah, capeknya”. Tapi aku bersyukur, detik ini masih diberi kekuatan dan kesehatan menikmati ini semua. Saat mendongakkan kepala, ternyata awan telah bergerak. Rupanya aku tidak menyadarinya karena terlalu terpana dengan jalan setapak yang kulewati. Hmmm, akankah kau tanya apakah aku sendirian atau tidak?ya, aku sendirian. Ah, sedihnya. Tapi aku bersyukur sendirian tinimbang brsama orng yg membuatku harus sesekali menengokkan kpala dan menyipitkan dahi. Tiba di tempat tujuan pertempuran langkah ini, aku menempatkan posisiku duduk di kursi mengkilat. Entah trbuat dari apa. Tapi jangan menjilatnya. Karena rasanya tdk enak dan dingin, juga kau bisa dilabeling sbgai pnjilat. Tak usah trlalu memikirkan ttg kursi. Toh kursi tak pernah memikirkanmu. Kembali dalam fantasi pnantian busku. Menit2 pertama aku nyaman brada di shelter. Selanjutnya spatuku mlakukan parade ketok2nya. 20menit kmudian aku merasa lapar. “Ah, lama skali, aku jadi lapar”. Mmm, sepertinya bukan krna lama shingga aku mjadi lapar. Aku lapar karena kurang asupan mkanan td siang. Oke. Tapi aku brsyukur itu hanya sakitperut dan tdk disertai pusing dll. 10menit kmudian, bus yang kunanti-nantikan barusaja datang. “Ah, kenapa baru datang”. Tapi aku tetap bersyukur, karena hanya membuatku menunggu 30 menit saja. Itu lebih baik daripada bus itu tidak datang sama sekali. Setelah perjalanan panjang, kembali lagi aku berada dalam sebuah gubuk yang orang-orang menyebutnya shelter. Disini gelap, sehingga aku tak bisa melihat papan bertuliskan ‘ini shelter’. Kembali lagi aku menunggu kedatangan ibu yang menjemputku. Hmm, tidak banyak yang bisa kulakukan selain mengeluh. Ya mengeluh. Aku bersyukur karena aku menghabiskan waktu menungguku hanya dengan mengeluh dan bukan mengumpat. Ha?bersyukur karena mengeluh?kadang aku bingung :| eh, bukan kadang tapi sering. Berasa bersyukurnya cuman nempel di ujung tanduk aja. Beberapa menit dah ngeluh lagi. Fyyuuhhh..ra pener2 we mil (doh). Ada yang bisa memberi saran bagaimana sebaiknyaa bersikap?
bunganya mau nemenin aku galau gak ya?gak ada temen galau lagi nih #eh? |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar
ayo...silahkan berkomentar...