ya kayak nasib kertas
mau tdk mau kertas harus menerima nasibnya
tercorat coret
atau mungkin mau mempertahankan diri ttp bersih?
Tapi untuk apa?
Kita ibaratkan kertas itu penuh dgn coretan pensil
bisakah kita coret kertas itu dgn tinta coklat?dan slanjutnya merah?dan slanjutlanjutnya hitam?
jawabannya tentu bisa
masalahnya skrng luas tiap kertas itu beda2
ada yg luas yg bisa menampung byk tulisan
ada yg kecil yg hanya muat untuk sdikit tulisan
tp tdk dpungkiri ada juga kertas kecil yg menampung byk tulisan
bgaimana kondisi krtas tsb?
Ya. Ruwet rumit.
Selain itu, ketebalan tiap kertas brbeda
ada yang gampang robek shingga harus dtulis scara halus
ada pula yg tebal seperti kertas buffalo
yg tdk peka akan khalusan penulisan
sudah begini saja?
Tantangan lainnya, ada air yang dpt menetes
dapat merobek kertas dan membasahinya shingga daya tampung krtas sdikit
ada gunting pula!ya gunting
kalau yg ini jarang trjadi. Biasanya memang dsengaja.ada yg lain?debu?mari kita abaikan.cuek itu perlu untuk mengabaikan ttgn sperti itu kan?haha
sekarang ttg tembok.
jangan sebut dia teman
sebutlah dia dgn panggilan sahabat.
Dia yang masih terus disana
mendengarkan tangisanmu dgn tabah
menerima pukulanmu dgn lapang
memperhatikan keluhkesahmu dgn bijaksana
lalu, kmanakah dia saat kau bahagia?
Tidak. Dia tetap disana
kaulah yg pergi meninggalkan dia
dan tembok pasti akan yakin menunggu
bahwa kau akan kembali
tanpa mengharap kau akan memberikan senyummu padanya
begitu kan seorang sahabat?ada disaat kau sedih dan rela ditinggalkan saat kau senang?
Oh bukan? Atau teman itu seperti sabun?obat? Kau butuh dia maka kau akan cari dia. Kau tak butuh dia maka sedetik pun takkan kau ingat dia.
Baginilah, maka aku tak pantas kalian sebut sahabat
aku belum bisa menerima kalian saat kalian sedih dan bersedia dilalaikan saat kalian bahagia
aku blum bisa setabah tembok
belum bisa sekuat tembok
belum bisa sejantan tembok yg tak pernah menangis
aku jadi penengah disini
pencair suasana
antara daun, angin, dan pohonnya
abaikan ttg pohon
mari menelisik ke daunnya
tak peduli pembicaraan ranting
disitu daun bertengger
hendak menanti apa pun tak pasti
hanya ada angin yang lewat
tak sengaja lewat pun
angin bertemu dengan daun
menggerak2an daun tak berirama
lalu angin pergi tanpa daun mengejarnya
disini aku melihat hal yg biasa
sekali lagi aku merasakan angin datang
daun pun bergoyang
menimbulkan suara gemrisik yang membuat kantuk
beberapa saat kmudian
hari terasa panas, angin pun spertinya tak lewat skali pun
akhirnya aku membuat angin2 sendiri
tapi tak sesejuk angin yg tadi
melihat ke arah daun
tak ada perbuatan apa2 yg dilakukan
mungkin stomatanya sedang membuka menutup
tapi aku tak pduli
akhirnya, tiba2 langit mendung
air pun gogrok
membasahi daun yg kehausan
semilir angin datang
kali ini lebih kencang
sepertinya akan badai
aku masuk dari duduk siangku yg mnjadi gemuruh itu
memperhatikan pergerakan daun yg disapa angin
ternyata, td angin pergi mencari hujan demi kehidupan daun
kau pikir tdk ada perjuangan sdikit pun dari daun?
Kalau kupikir ada,
daun berusaha sekuat tenaga tetap berada di tempatnya skrang
menemani angin
menerima kekesalan angin
menanti angin datang
bertahan saat angin membabibuta
itu bagian sulit
selalu ada untuk angin
dan kuharap, saat daun itu menguning tanda tua
angin akan mengantarkan daun,
hingga ke tempat singgah terakhirnya
disini, iri melihatnya
adakah orng yg bisa diajak bercerita?
---------------------------------------------------------
yang satunya jaim yang satunya naif
sama-sama tidak mau mengakui
bingung menyadarkannya bagaimana
tapi ternyata
di belakang mereka memiliki keinginan yang sama
yang tidak diketahui antara satu dengan yang lain
keinginan agar dia (yang jaim) pengertian pada yang lain (yang naif) dan sebaliknya
emang emang gue bakat jadi bu pos?grrrr
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
miliii.. radong :O
duuoohh..dibaca mbak lana og piieee aaaa #kejedot bantal
mananya yg gak dong? :p