“dimana tempat berlabuhmu?” ditanya begitu, aku tertohok. Kepala yang sebenarnya tidak gatal, kugaruk juga.
“berlabuh bagaimana?”
“ya berlabuh, siapakah orang tempat kau berlabuh yang menerima sampah2mu?”
“apa aku harus memilikinya?”
“tentu”
“apa tempat kita berlabuh itu hanya boleh satu tempat?”
“sepertinya begitu. jangan bilang kau tidak punya”
“oh, spertinya aku punya. tapi aku tidak punya pelabuhan yang tetap”
“kenapa?”
“ya bgini. tapi aku akan lebih memilih TERUS BERLAYAR”
“kenapa?”
“tidak kau lihat, pelabuhanku disana sudah penuh sesak oleh kapal2 lain”
pangandaran di balik kamera hp |
singkatnya, ternyata kita tak harus ke pelabuhan, kalau hanya untuk sekedar menipi, meregangkan otot-otot.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
cumiiiiiiiiiiilllllll
tep curhat nek iki
#eaaaa