Permisi-permisi :D jangan lesu gara-gara liat betapa mengularnya ini. Tapi lihatlah kesimpulan di bawahnya *lho?? . .gak maksa buat di baca kok :D tapi kalau pengen tahu dan penasaran *eaeaea* yo monggo di pirsani *b.jawanya mbaca apaan to?pirsani uduk? maosin?==”
“Makanya, jangan sok gede lo” yah mungkin begini sindirannya. Seberapa sih besarnya manusia toh baru satu gunung njebluk aja dah panik gitu. Ngungsi 40 meter dari Merapi. Yah, tersebutlah gunung bungkam itu MERAPI. Siapa yang tidak menyaksikan adegan-adegan berita yang dengan gentarnya mempertontonkan wedhusgembel yang dikeluarkan oleh gunung itu turah-turah. Atau hanya mengalirkan lahar dingin di kali-kali. Hanya itu saja, manusia sudah lari tunggang langgang. Menyelamatkan barangnya yang tidak mungkin dibawa mati. Meninggalkan hewan ternak mata pencaharian mereka itu. Pergi berkumpul di pengungsian dengan hati cemas. Dan bersiap-siap turun bila wilayah aman diperluas. Ya, sampai 20km saat itu. Padahal rumahku sekitar 23km dari merapi. Siap-siap menjejali pengungsian bila kawasan aman diperluas jadi 25KM!!
Hmm, ada kisah di pengungsian, ada kisah di hatiku. Kisah yang sebelumnya belum pernah kuhadapi. Dan semoga tidak terulang lagi :D. Kau mengingatkanku akan kehebatanMU Yang Maha Esa itu. Aku hanya seperti sekecil debu Ya Allah. Kau tumpahkan abu vulkanik, ya HANYA ABU..DEBU..apa itu?sering kita anggap benda KECIL. Diinjak-injak dan tidak berharga. Tapi kini Kau jatuhkan dari langit Ya Allah, dari langit. Lalu Kau peertebal abu itu, hamba tidak bisa melihat Ya Allah. Mata hamba sakit, perih rasanya. Batuk hamba yang telah kau beri sebelum Merapi meletus pun kian memperparah. Ucapan hamba yang ingin menggunakan masker pun telah Kau kabulkan dengan letusan itu Ya Allah. Namun, mungkin ucapan hamba tidaklah benar untuk dikabulkan.
Ya, entah tanggal berapa. Saya lupa. Hari itu, letusan pertama dimulai. Hari Sabtu seingat saya. Yah, saya dengan semangatnya berangkat sekolah, berharap bisa bercerita dengan teman-teman tentang letusan ini!! Menakjubkan bukan?pikiran pendekku berucap demikian. Bapakku yang Alhamdulillah sedang berada di Jogja saat itu, kian melarangku “Abu tebal seperti ini kok malah ke sekolah, di rumah saja. Guru-gurunya gak bakal ngajar pasti” “tapi, aku dah siap pak. Pokoknya berangkat!!”. Apadaya, anak bungsunya berkata demikian. Bapakku dengan baiknya mengantarkanku ke sekolah. Dengan mobil yang semula silver itu melaju dengan pelan di tengah jarak pandang yang hanya 5meter itu. Yah, hujan abu masih turun. Dengan masker yang melingkar di kepalaku, aku mulai takjub dengan abu yang menutupi rumah itu. SALJU!!kikuknya aku. Sampai di sekolah, alhasil sekolah ramai dengan ABU. Hmm, pelajaran pertama telah diimulai rupanya. Yah, aku telat. Aku mulai berlari kecil ke kelasku yang berada di lantai 2. Dengan batuk-batuk sejak tgl 16 Oktober itu, aku memasuki kelas. Yah, jam pertama isi, jam kedua kosong, jam ketiga isi, dan akhirnya dipulangkan. Tepat saat itu, ada pembagian hasil mid semester. Yah, saat itu aku tidak cemas. Sepertinya hasil mid tidak akan membuat ibu marah padaku. Dan pastinya ibu dan bapakku akan ke sekolah untuk mengambil hasilnya. Lalu kita pulang bersama naik mobil. Trus, makan siang bareng. Yaa, inddahnyaa. Namun **sepertiku** itu sirna bagai pudarnya angin.
“Bu, nanti ke sekolah ambil hasil midku to?Jangan lupa bawa makan siang ya bu. Aku laper banget. Trus biar gak telat minum obat”
“Nduk, bapak bilang gak mau ke sekolah. Takut mesin mobilnya kemasukan abu, nanti rusak. Di rumah lagi hujan nduk. Jalanan licin, ibu takut kepleset. Kata bapak jangan pergi dulu. Kamu beli makan sendiri ya nduk, pulangnya naik TJ. Nanti ibu jemput di monjali” tut…tut…
Getirrr..hatiku periihh .. akhirnya tangisanku merebah juga. Entah apa yang kutangisi. Bapak yang menyayangi mobilnya,, ibu yang takut kepleset,, atau SEPERTIKU yang musnah..
Teman-temanku mulai mendeket. Rasa ingin tahu mereka muncul. Tapi tangisanku tak bisa di hentikan juga. Lalu, aku berkata…
“Eh, laper. Makan yuk. Aku belum makan obat juga”
“weleh..ya ayoo”
“tapi hujan e. Apa aku pulang dulu y?”
“lha makannya kapan mil?udahh makan dulu. Ayo bareng2..”
“hikss..ayookk”
Melangkahkan kaki menuju murni. Warung terdekat di sekolah. Setelah makan dan minum obat, lalu aku mendatangi depan aula tempat penerimaan hasil mid kelas XI yang telah dimulai 10 menit yang lalu. Lalu, aku mulai berbicara dengan wali kelasku saat itu..
“Pak, ibukku gak dateng pak. Hujan abuu”
“Ya, berarti gak dapat hasil midnya”
“lho, kok gitu?kpan pak?senen?” sambil melihat nilai mid “Alhamdulillah aku 10 besar, hehehhe”
Perbincangan itu berhenti tatkala aku bertemu dengan ibunya temanku yang cukup kukenal.
“Tante..boleh minta tolong ambilin hasilku gak te?Ibu gak bisa dateng”
“oh iya” lalu tante ituu mengambil hasilku. Dan duerrr tante itu berkata “bentar pak, saya mau ngambil tempat anak saya juga”
“lho, ini bukan anakk ibu?” tanya wali kelasku. Lalu, tante itu menggeleng dan menuju tempat pengambilan kelas anaknya, ya, tiap kelas di bagi2 sendiri.
“Gak booleh itu!!gak boleh!! ini itu pertemuan guru dan orang tua!ini cuman sekali-kali!masa’ gini aja gak bisa datang!” seru guru di sebelah wali kelasku. Yah, beliau wali kelas juga. Namun kelas tetangga.
TTTUUUUTTTTTTTTTT……..yah, intinya saya cukup dimarah-marahin. Entah salah siapa itu. Tapi kenapa saya yang dimarahi??Jujur, saya orangnya jarang sekali kena marah dari guru. Jadi, saat dimarahi guru…air mata sayaaa… teeesss…tessss…
Sambil membawa kertas hasil mid itu dan tanpa membawa snaknya, aku berlari menuju mesjid skolah.
“lho, snacknya diambil mbb” kata wali kelasku. Namun aku tidak menghiraukannya. Dan rupanya malah temanku yang mengambilkannya untukku. Namun tetap tak kuterima. Dan akhirnya dibawa oleh temenku itu. Daripada mubasiirr #penting diceritain gak sih nih?weleh..
“hiks..ibu jahat. Gak sayang ama aku. Bapakku juga, cuman sayang ama mobilnya!!” seruku bungkam (astaghfirullah, saya menyesal mengucap demikian)
“huss jangan bilang gitu to mil. Pasti ada alasannya” sahut temanku.
“ash mboh. bali wae nek ngene. hiks” segera pergi meninggalkan sekolah setelah tangisanku cukup reda dan mata merah yang mulai pudar.
Di halte TJ,, terlihat debu yang berterbangan akibat tersapu roda mobil dan motor. Dengan melongo, akhirnya bis TJ itu datang. “bejo aku” sahutku kepada mbak penjaga shelter. “mending bejo opo selamet?” terdengar sahutan dari mbaknya. Apa maksudnya??
Di dalam bus, cikiciiuuww, ACnya rusak boss jadinya kudu dibuka pintunya. You know kan keadaan di luar?Abu boss..abu… Mulai adegan kucek-kucek mata, dan alhasil, baru inget kalllaauuu aku gak make kacamata =,= jenggjengg..Setelah beberapa detik adegan batuk-batuk tidak disengaja. Pak kenek bus akhirnya menutup pintu bus. Gak apa2 kehabisan udara, yang penting gak kemasukan debut tuh hidung ama mata. Mungkin demikian jeritan hati pak kenek =,=
Turun TJ, turun shelter, rupanya ibu telah menunggu di seberang monjali. Yah, aku harus menyebrang untuk sampai di sana. Jegleekk, langkah pertama, mobil yang melintas membawa serpihan abu tebal. Nyesss, mataku periiihh bgt. Langkah kedua dan seterusnya bgitu. Air mata ini tak cukup menahan. Akhirnya netes lagi tuh air mata. Setelah sampai di seberang, ibu bertanya “gimana nduk?” “pokonya pulang!!!aku tadi malah dimarahin”. Ibuku langsung tancap gas. Ngacir ke rumah. Hmm, lalu aku bercerita panjang lebar. Tak disangka, tanganku kian merobek-robek kertas undagan pengambilan hasil mid.
“Coba nduk bilang nek itu wajib, nanti ibu kan bisa pelan-pelan ke sana”
“gak usah bu, daripada jatuh” mulai tenang.
“udah..gak usah dimasalahin.”
“emang siapa yang mempermasalahin?” jawabku setelah mendapat sedikit petunjuk dariNya. Untuk apa bersedih? La tahzan Toh sudah lewat, sudah memang begini jalanNya. Sudah tidak bisa dirubah. Biar ini jadi pelajaran untuk tidak selalu lupa padaMu. hmm, namun saat aku berkaca..
“bu, kok mataku merah?bengkak nih dibagian siniiihh” nunjuk bagian luar mata kelopak kanan. “apa gara2 aku nangis daritadi y?”
“iya mungkin nduk”. Namun, hingga malam, bengkak itu tak kunjung surut.
“di tetes mata aja kali y bu?kena abu vulkanik berlebih pas nyebrang kalek”
“yo kono nduk. hmmm”
Waktu tidur tiba. Dengan masih batuk2 dan mata bengkak entah apa, aku mulai googling. Kemungkinangnya adalah timbilen =,= what??! disana tertulis, `timbilin akan sembuh dalam waktu 2-3 minggu. Akan menimbulkan rasa mengganjal dan perih bila terkena sinar matahari` what??!! Namun, Allah berkehendak lain. Malamnya, aku bolak balek kamar mandi. Entah buang lendir ataupun membersihkan nanah di mata ataaauuu…
“bu, aku muntah barusan. Warnyanya ada merahnya, darah po yo?”
“Astaghfirullah, mungkin kamu batuknya suka meksa nduk, jadinya tenggorokannya luka. Udah gak usah batuk-batuk”
“Maunya juga gak batuk-batuk bu.. Tapi tadi akuu makan daging burger tuh lho bu, warnanya mirip”
“Ya mungkin daging, masuk angin paling. Udah, skarang tidur aja dulu, jangan bolak-balek kamar mandi”
“Aku tuh mbuang lender ama mbersiin nanah nil ho bu. Ngganjel e buk. Kayaknya bengkaknya dah pecah, njut nih nanahnya keluar. Oh ya bu, besok beliin aku kacamata bening y..Masa’ ke sekolah aku pake kacamata item?” Iy, di rumah saat itu aku pake kacamata item, karena kalau kena sinar matahari emang perih ngganjel gitu.
“iya..iya..sekarang tidur aja. Lagian mumpung merapi gak ulah lagi” hhmm,, saat itu ibu memang tidur di kamarku. Aku yang minta, karena saat itu aku trauma pada merapi :D anehnya aku..
Hmm, yah semua berlangsung begitu saja. Kini berlanjut seperti ini saja. Batukku sudah mulai berkurang. Yah, mungkin sekitar 32 harian lah. Dan komentar-komentar di skolah yang membosankan “emang masih hujan abu ya mil?kok masih pake masker?” atau “minus berapa mil kacamatanya?” atau “waa, mili mirip *piiiipp* pake kacamata sih” atau “maaf, ini siapa y?” zzzz hahahahhaha
Dua pelajaran yang ku ambil. Tiga hikmah yang ku pelajari.
Pertama, Allah itu tidak akan memberikan kesulitan yang tidak bisa disanggupi oleh makhlukNya. Allah telah mengukur sejauh mana kekuatan kita. Dan Allah tidak akan memberikan sesuatu di luar kemampuan kita. Buktinya, aku bisa melampai itu semua :D #pameerrr..#lempar tomat
Kedua, Allah itu Maha Adil!!! Setelah kebahagian yang ia tumpahkan pada hambaNya, tak lupa Dia berikan peringatan untuk selalu mengingat darimana kebahagian itu berasal!. Love Allah <3
Ketiga, doa orang teraniaya itu tanpa hijab :p Bagaimana tidak?aku berdoa smoga timbilanku sembuh dalam sehari saat kejadian maha dueerr itu. Dan alhasil esoknya, aku memang benar2 sembuh dari timbilen :D kalau yang batuk mah,,mungkin ada rencana lain. Biar temenku pada heboh ama maskerku kalek, biar aku dipanggil MAS KER atau MBAK KER, mbak angker -,- sedih bgt.zzzz
HAHAHAHAHAHA,, fainna ma'alusri yusro..
maka sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan
“Makanya, jangan sok gede lo” yah mungkin begini sindirannya. Seberapa sih besarnya manusia toh baru satu gunung njebluk aja dah panik gitu. Ngungsi 40 meter dari Merapi. Yah, tersebutlah gunung bungkam itu MERAPI. Siapa yang tidak menyaksikan adegan-adegan berita yang dengan gentarnya mempertontonkan wedhusgembel yang dikeluarkan oleh gunung itu turah-turah. Atau hanya mengalirkan lahar dingin di kali-kali. Hanya itu saja, manusia sudah lari tunggang langgang. Menyelamatkan barangnya yang tidak mungkin dibawa mati. Meninggalkan hewan ternak mata pencaharian mereka itu. Pergi berkumpul di pengungsian dengan hati cemas. Dan bersiap-siap turun bila wilayah aman diperluas. Ya, sampai 20km saat itu. Padahal rumahku sekitar 23km dari merapi. Siap-siap menjejali pengungsian bila kawasan aman diperluas jadi 25KM!!
Hmm, ada kisah di pengungsian, ada kisah di hatiku. Kisah yang sebelumnya belum pernah kuhadapi. Dan semoga tidak terulang lagi :D. Kau mengingatkanku akan kehebatanMU Yang Maha Esa itu. Aku hanya seperti sekecil debu Ya Allah. Kau tumpahkan abu vulkanik, ya HANYA ABU..DEBU..apa itu?sering kita anggap benda KECIL. Diinjak-injak dan tidak berharga. Tapi kini Kau jatuhkan dari langit Ya Allah, dari langit. Lalu Kau peertebal abu itu, hamba tidak bisa melihat Ya Allah. Mata hamba sakit, perih rasanya. Batuk hamba yang telah kau beri sebelum Merapi meletus pun kian memperparah. Ucapan hamba yang ingin menggunakan masker pun telah Kau kabulkan dengan letusan itu Ya Allah. Namun, mungkin ucapan hamba tidaklah benar untuk dikabulkan.
Ya, entah tanggal berapa. Saya lupa. Hari itu, letusan pertama dimulai. Hari Sabtu seingat saya. Yah, saya dengan semangatnya berangkat sekolah, berharap bisa bercerita dengan teman-teman tentang letusan ini!! Menakjubkan bukan?pikiran pendekku berucap demikian. Bapakku yang Alhamdulillah sedang berada di Jogja saat itu, kian melarangku “Abu tebal seperti ini kok malah ke sekolah, di rumah saja. Guru-gurunya gak bakal ngajar pasti” “tapi, aku dah siap pak. Pokoknya berangkat!!”. Apadaya, anak bungsunya berkata demikian. Bapakku dengan baiknya mengantarkanku ke sekolah. Dengan mobil yang semula silver itu melaju dengan pelan di tengah jarak pandang yang hanya 5meter itu. Yah, hujan abu masih turun. Dengan masker yang melingkar di kepalaku, aku mulai takjub dengan abu yang menutupi rumah itu. SALJU!!kikuknya aku. Sampai di sekolah, alhasil sekolah ramai dengan ABU. Hmm, pelajaran pertama telah diimulai rupanya. Yah, aku telat. Aku mulai berlari kecil ke kelasku yang berada di lantai 2. Dengan batuk-batuk sejak tgl 16 Oktober itu, aku memasuki kelas. Yah, jam pertama isi, jam kedua kosong, jam ketiga isi, dan akhirnya dipulangkan. Tepat saat itu, ada pembagian hasil mid semester. Yah, saat itu aku tidak cemas. Sepertinya hasil mid tidak akan membuat ibu marah padaku. Dan pastinya ibu dan bapakku akan ke sekolah untuk mengambil hasilnya. Lalu kita pulang bersama naik mobil. Trus, makan siang bareng. Yaa, inddahnyaa. Namun **sepertiku** itu sirna bagai pudarnya angin.
“Bu, nanti ke sekolah ambil hasil midku to?Jangan lupa bawa makan siang ya bu. Aku laper banget. Trus biar gak telat minum obat”
“Nduk, bapak bilang gak mau ke sekolah. Takut mesin mobilnya kemasukan abu, nanti rusak. Di rumah lagi hujan nduk. Jalanan licin, ibu takut kepleset. Kata bapak jangan pergi dulu. Kamu beli makan sendiri ya nduk, pulangnya naik TJ. Nanti ibu jemput di monjali” tut…tut…
Getirrr..hatiku periihh .. akhirnya tangisanku merebah juga. Entah apa yang kutangisi. Bapak yang menyayangi mobilnya,, ibu yang takut kepleset,, atau SEPERTIKU yang musnah..
Teman-temanku mulai mendeket. Rasa ingin tahu mereka muncul. Tapi tangisanku tak bisa di hentikan juga. Lalu, aku berkata…
“Eh, laper. Makan yuk. Aku belum makan obat juga”
“weleh..ya ayoo”
“tapi hujan e. Apa aku pulang dulu y?”
“lha makannya kapan mil?udahh makan dulu. Ayo bareng2..”
“hikss..ayookk”
Melangkahkan kaki menuju murni. Warung terdekat di sekolah. Setelah makan dan minum obat, lalu aku mendatangi depan aula tempat penerimaan hasil mid kelas XI yang telah dimulai 10 menit yang lalu. Lalu, aku mulai berbicara dengan wali kelasku saat itu..
“Pak, ibukku gak dateng pak. Hujan abuu”
“Ya, berarti gak dapat hasil midnya”
“lho, kok gitu?kpan pak?senen?” sambil melihat nilai mid “Alhamdulillah aku 10 besar, hehehhe”
Perbincangan itu berhenti tatkala aku bertemu dengan ibunya temanku yang cukup kukenal.
“Tante..boleh minta tolong ambilin hasilku gak te?Ibu gak bisa dateng”
“oh iya” lalu tante ituu mengambil hasilku. Dan duerrr tante itu berkata “bentar pak, saya mau ngambil tempat anak saya juga”
“lho, ini bukan anakk ibu?” tanya wali kelasku. Lalu, tante itu menggeleng dan menuju tempat pengambilan kelas anaknya, ya, tiap kelas di bagi2 sendiri.
“Gak booleh itu!!gak boleh!! ini itu pertemuan guru dan orang tua!ini cuman sekali-kali!masa’ gini aja gak bisa datang!” seru guru di sebelah wali kelasku. Yah, beliau wali kelas juga. Namun kelas tetangga.
TTTUUUUTTTTTTTTTT……..yah, intinya saya cukup dimarah-marahin. Entah salah siapa itu. Tapi kenapa saya yang dimarahi??Jujur, saya orangnya jarang sekali kena marah dari guru. Jadi, saat dimarahi guru…air mata sayaaa… teeesss…tessss…
Sambil membawa kertas hasil mid itu dan tanpa membawa snaknya, aku berlari menuju mesjid skolah.
“lho, snacknya diambil mbb” kata wali kelasku. Namun aku tidak menghiraukannya. Dan rupanya malah temanku yang mengambilkannya untukku. Namun tetap tak kuterima. Dan akhirnya dibawa oleh temenku itu. Daripada mubasiirr #penting diceritain gak sih nih?weleh..
“hiks..ibu jahat. Gak sayang ama aku. Bapakku juga, cuman sayang ama mobilnya!!” seruku bungkam (astaghfirullah, saya menyesal mengucap demikian)
“huss jangan bilang gitu to mil. Pasti ada alasannya” sahut temanku.
“ash mboh. bali wae nek ngene. hiks” segera pergi meninggalkan sekolah setelah tangisanku cukup reda dan mata merah yang mulai pudar.
Di halte TJ,, terlihat debu yang berterbangan akibat tersapu roda mobil dan motor. Dengan melongo, akhirnya bis TJ itu datang. “bejo aku” sahutku kepada mbak penjaga shelter. “mending bejo opo selamet?” terdengar sahutan dari mbaknya. Apa maksudnya??
Di dalam bus, cikiciiuuww, ACnya rusak boss jadinya kudu dibuka pintunya. You know kan keadaan di luar?Abu boss..abu… Mulai adegan kucek-kucek mata, dan alhasil, baru inget kalllaauuu aku gak make kacamata =,= jenggjengg..Setelah beberapa detik adegan batuk-batuk tidak disengaja. Pak kenek bus akhirnya menutup pintu bus. Gak apa2 kehabisan udara, yang penting gak kemasukan debut tuh hidung ama mata. Mungkin demikian jeritan hati pak kenek =,=
Turun TJ, turun shelter, rupanya ibu telah menunggu di seberang monjali. Yah, aku harus menyebrang untuk sampai di sana. Jegleekk, langkah pertama, mobil yang melintas membawa serpihan abu tebal. Nyesss, mataku periiihh bgt. Langkah kedua dan seterusnya bgitu. Air mata ini tak cukup menahan. Akhirnya netes lagi tuh air mata. Setelah sampai di seberang, ibu bertanya “gimana nduk?” “pokonya pulang!!!aku tadi malah dimarahin”. Ibuku langsung tancap gas. Ngacir ke rumah. Hmm, lalu aku bercerita panjang lebar. Tak disangka, tanganku kian merobek-robek kertas undagan pengambilan hasil mid.
“Coba nduk bilang nek itu wajib, nanti ibu kan bisa pelan-pelan ke sana”
“gak usah bu, daripada jatuh” mulai tenang.
“udah..gak usah dimasalahin.”
“emang siapa yang mempermasalahin?” jawabku setelah mendapat sedikit petunjuk dariNya. Untuk apa bersedih? La tahzan Toh sudah lewat, sudah memang begini jalanNya. Sudah tidak bisa dirubah. Biar ini jadi pelajaran untuk tidak selalu lupa padaMu. hmm, namun saat aku berkaca..
“bu, kok mataku merah?bengkak nih dibagian siniiihh” nunjuk bagian luar mata kelopak kanan. “apa gara2 aku nangis daritadi y?”
“iya mungkin nduk”. Namun, hingga malam, bengkak itu tak kunjung surut.
“di tetes mata aja kali y bu?kena abu vulkanik berlebih pas nyebrang kalek”
“yo kono nduk. hmmm”
Waktu tidur tiba. Dengan masih batuk2 dan mata bengkak entah apa, aku mulai googling. Kemungkinangnya adalah timbilen =,= what??! disana tertulis, `timbilin akan sembuh dalam waktu 2-3 minggu. Akan menimbulkan rasa mengganjal dan perih bila terkena sinar matahari` what??!! Namun, Allah berkehendak lain. Malamnya, aku bolak balek kamar mandi. Entah buang lendir ataupun membersihkan nanah di mata ataaauuu…
“bu, aku muntah barusan. Warnyanya ada merahnya, darah po yo?”
“Astaghfirullah, mungkin kamu batuknya suka meksa nduk, jadinya tenggorokannya luka. Udah gak usah batuk-batuk”
“Maunya juga gak batuk-batuk bu.. Tapi tadi akuu makan daging burger tuh lho bu, warnanya mirip”
“Ya mungkin daging, masuk angin paling. Udah, skarang tidur aja dulu, jangan bolak-balek kamar mandi”
“Aku tuh mbuang lender ama mbersiin nanah nil ho bu. Ngganjel e buk. Kayaknya bengkaknya dah pecah, njut nih nanahnya keluar. Oh ya bu, besok beliin aku kacamata bening y..Masa’ ke sekolah aku pake kacamata item?” Iy, di rumah saat itu aku pake kacamata item, karena kalau kena sinar matahari emang perih ngganjel gitu.
“iya..iya..sekarang tidur aja. Lagian mumpung merapi gak ulah lagi” hhmm,, saat itu ibu memang tidur di kamarku. Aku yang minta, karena saat itu aku trauma pada merapi :D anehnya aku..
Hmm, yah semua berlangsung begitu saja. Kini berlanjut seperti ini saja. Batukku sudah mulai berkurang. Yah, mungkin sekitar 32 harian lah. Dan komentar-komentar di skolah yang membosankan “emang masih hujan abu ya mil?kok masih pake masker?” atau “minus berapa mil kacamatanya?” atau “waa, mili mirip *piiiipp* pake kacamata sih” atau “maaf, ini siapa y?” zzzz hahahahhaha
Dua pelajaran yang ku ambil. Tiga hikmah yang ku pelajari.
Pertama, Allah itu tidak akan memberikan kesulitan yang tidak bisa disanggupi oleh makhlukNya. Allah telah mengukur sejauh mana kekuatan kita. Dan Allah tidak akan memberikan sesuatu di luar kemampuan kita. Buktinya, aku bisa melampai itu semua :D #pameerrr..#lempar tomat
Kedua, Allah itu Maha Adil!!! Setelah kebahagian yang ia tumpahkan pada hambaNya, tak lupa Dia berikan peringatan untuk selalu mengingat darimana kebahagian itu berasal!. Love Allah <3
Ketiga, doa orang teraniaya itu tanpa hijab :p Bagaimana tidak?aku berdoa smoga timbilanku sembuh dalam sehari saat kejadian maha dueerr itu. Dan alhasil esoknya, aku memang benar2 sembuh dari timbilen :D kalau yang batuk mah,,mungkin ada rencana lain. Biar temenku pada heboh ama maskerku kalek, biar aku dipanggil MAS KER atau MBAK KER, mbak angker -,- sedih bgt.zzzz
HAHAHAHAHAHA,, fainna ma'alusri yusro..
maka sesungguhnya bersama kepedihan itu ada kebahagiaan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
edaaan bgt ahaha
edan opone jal?edan dhawane?(haha)
wew.. hahahaha
aku kasian banget dek sama hari-burukmu-itu. tapi kok lucu ya (haha) (^_^)v
*yes akhirnya bisa komen jugaa :D
aku gak dikasihani mb? :(( hikss.. (doh) lucu apanya mb?padahal aku berlinang air mata :"( #gara2 kbanyakan ketawa..hahahahaha ora ding =,=
yesss..clumudh eaphz (cozy)(girlkiss)