Sebongkah yang Karam
“kau tahu crita tentang kehidupan, anakku?”
“crita tentang bagaimana ayah?”
duduk termangu diiringi dengan secuil roti sambil menyeduh teh. dua orang yang saling mencintai karenaNya itu, saling mengisi kekosongan hati, saling menyayangi dan mengasihi.
“apakah kau pernah melihat kapal anakku?”
“tentu. tapi aku sedikit tidak menyukainya”
“ada apa gerangan anakku?”
“aku sedikit mual bila di dalamnya, ayah. terombang-ambing layaknya dalam pusaran angin”
“baik, tak mengapa. ayah hanya ingin memberi permisalan kepadamu nak. Begini, kau pernah melihat kapal pesiar bukan?bagaimana besar dan kokoh kapal itu”
“ya, mungkin jika kuingin memeluknya, aku harus meminjam tangan2mu ayah”
“hahaha, baik kulanjutkan. sungguh, pernahkah kau melihat ia rusak atau kandas?”
“pernah ayah, ia bagai sesuatu yang tak berguna”
“ya, benar. ia tak bisa dimanfaatkan dan tdk berguna, bukan?”
“lalu?”
“tapi, apakah tidak mungkin untuk memperbaikinya, anakku?”
“tentu, sesuatu yg rusak tentu bisa di perbaiki. sesuatu penyakit tentu ada obatnya, bukankah ayah pernah berkata demikian padaku?”
“aku senang kau masih mengingatnya. ya, seperti semangat dalam hidupmu. tentu ada kalanya kau terpuruk dan merasa dirimu tidak berguna. itu salah, salah. tentu, itu bisa diperbaiki, namun tidak hanya dengan cara mengaku2i bahwa kau tak berguna. tentu, kau akan lebih tak berguna bila hanya berkata kau tidak berguna. tentunya, kau berusaha untuk bagaimana caranya, harus memperbaiki kapalmu itu”
“oh, bgitu maksud ayah. jadi, sebenarnya, aku mampu untuk menyelesaikan semua masalah-masalahku?”
“tentu. kau tak perlu berlarut-larut untuk menyelesaikan semuanya anakku. pasti ada jalan, jika kau berusaha dengan niat, dan setelah kau berusaha keras, sebaiknya kau bertawakkal”
“iy, baik aku paham”
“namun, tidak hanya itu yg ayah harap padamu”
“…?”
“kau tahu, kapal yang rusak itu bila sudah diperbaiki namun salah arah akan sia-sia. Dibutuhkan seseorang di pinggir laut itu untuk mengingatkan si kapal bila salah arah”
“iya, aku tahu itu. Walau aku tak suka kapal, tapi bila disuruh memilih, tentu aku akan memilih menjadi kapal dan bukan orang itu, ayah”
“kenapa anakku?”
“karena, jika aku menjadi orang itu, siapa yang akan mengingatkanku bila di depan atau di belakangku ada bahaya?”

#apakah ini termasuk sifat egois?rendah diri?atau apa siih?
about edit post
6 Responses

  1. knapa pan?kok koyo nggumun gitu :O


  2. Ivangoreng Says:

    ra nyangka bisa keluar kata-kata seperti itu darimu :P


  3. fanny zafira Says:

    apik, nek.. #terharu :D


  4. ivan: (blush) hahaha, kan nek di skolah tidak bisa se serius ini menatap hidup B)
    fanny: lho, kok terharu sih??lho? -,- jgn nangis cuuu :O #kmu ndaftar jd cucuku juga?wawawa


  5. Ivangoreng Says:

    solae biasane kalimat2mu ki nek gak wagu ya ambigu


Posting Komentar

ayo...silahkan berkomentar...

  • Labels

    sejarahnya. .

    hosh..hosh... blog ini dibuat untuk menyelesaikan tugas T.I.K kepada guru T.I.K JHS kami tercinta *huek* pak Wied,, Hua,,karena telah meninggalkan JHS rasanya sedih sekali. Pengen mbalek lagi,, ^^
    So, blog ini ngingetin aku tentang seperdelapan dari kenanganku di JHS,,watattata

    you're

    About Me

    Foto saya
    bismillah :) Hasbunallah Wani'mal Wakil

    Perkembangan Blog..

    Setelah sejarah yang terjadi di bawah ini, blog ini perkembang bukan sebagai sarana informasi lagi :D peace. Tetapi jadi sarana curhat dan wadah emosi. Jika berkenan, silakan dibaca :D tanpa bermaksud sara dan menjatuhkan nama baik :*