Langit pun meronabulan menjangkarmelengkungkan dirinyahingga ke sudut paling sempitnya
Aku iri..mereka bisa menemukanmudi tengah kerumunan itusedangkan aku, tidak
Aku iri..mereka bisa melihat tawamusedangkan aku, tidakhanya seonggok tanah yang kulihat
Aku iri..mereka bisa berkumpul dan bertukar cerita padamusedangkan aku, tidakhanya bisa melihat kau bahagia tanpaku
Aku iri..mereka yang sering bercerita padakukini mulai menghilang dan enyahkarena daya tarikmu menarik mereka
Aku iri..tidak bisa melindungimu..hanya bisa berdiri sendiri..dan selalu mendoakanmu :)
Aku iri..kapan air mataku akan turun sebagai tanda aku bahagia melihat dia bahagia??kapan aku akan merelakan kepergiannya?bagiku masa lalu tak perlu diungkitmasalalu bahagia hanya seperti mengiming-imingi kita dalam kebahagian semudan masalalu sedih hanya seperti menyambar luka saja
“wah, langit telah meranum. Sepertinya aku harus pulang dulu, Sahabat” ungkap Cheey sambil mengelus bongkahan tanah di depannya. “Kering sekali, aku menunggu hujan bulan juni ini” tawanya merekah. Menipu sejuta orang yang melihat senyumnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
aku iri,,sang kepik bisa nampang di postinganmu :O
wow. .
langsung makjleb (okok)
mbnoek: kepiknya nempel di handukku -,-
pakdhewatu: makjlep opone? :O
ihhiiiirrr....
ehmm...uhuk uhuk...
walopun mbak ndak puitis dan ndak bisa bikin puisi..tapi mba suka sama puisi dek mili ^^ hehe
keep writing dear^^